LIPUTAN NTB.net - Hari Guru Nasional 2023 jatuh pada tanggal 25 November, inilah latar belakang atau sejarah hari guru nasional
Peringatan Hari Guru Nasional tak luput dari dibentuknya organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia atau disingkat PGRI
Pemerintah Republik Indonesia telah
menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Ulang Tahun
Persatuan Guru Republik Indonesia (HUT PGRI)
dan Hari Guru Nasional (HGN)
melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Bagaimana awal mula penetapan tanggal 25 November sebagai peringatan Hari Guru Nasional ?
Simak selengkapnya sejarah hari guru nasional di
bawah ini:
Melansir laman Disnakermobduk Aceh,
munculnya organisasi PGRI sebagai bentuk perjuangan guru sudah dimulai sejak
masa Hindia Belanda pada tahun 1912.
Sebagaimana dikutip dari jurnal "Perjuangan Organisasi Guru di Masa Revolusi" yang membahas "Sejarah PGRI di Awal Pendiriannya" oleh Ahmad Kosasih, pada masa penjajahan Belanda, berbagai lembaga pendidikan didirikan dengan tujuan mencetak guru.
Awal mula Sejarah Hari Guru dimulai
dengan pendirian Sekolah Guru Negeri pada tahun 1851 di daerah Surakarta, yang
pada awalnya dikenal sebagai Normal Cursus. Sekolah tersebut bertujuan untuk
menyiapkan individu agar dapat menjadi guru di
desa-desa.
Sejarah Hari Guru Nasional
Sejarah Hari Guru Nasional kerap erat kaitannya dengan kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Penetapan 25 November sebagai Hari Guru Nasional didasarkan atas Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang menetapkan hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Kemudian, hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tersebut sekaligus siperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Mengutip situs pgri.go.id,
organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada 1912 dengan
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi perjuangan guru pribumi
ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa,
kepala sekolah, dan penilik sekolah.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan
nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang
pendidikan yang berbeda.
Sejalan dengan keadaan itu, di samping
PGHB berkembang pula organisasi guru baru,
antara lain:
- Persatuan Guru Bantu (PGB)
- Perserikatan Guru Desa (PGD)
- Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS)
- Perserikatan Normaalschool (PNS)
- Hogere Kweekschool Bond (HKSB)
Di samping itu ada pula organisasi guru yang
bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti:
- Christelijke Onderwijs Vereneging
(COV)
- Katolieke Onderwijsbond (KOB)
- Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM),
dan
- Nederlands Indische Onderwijs
Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa
membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat
perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi
memperjuangkan persamaan hak dan posisi terhadap pihak Belanda.
Hasilnya antara lain adalah kepala HIS
yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan
orang Indonesia.
Semangat perjuangan ini makin berkobar
dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan.
Perjuangan guru tidak
lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi
dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak
"merdeka".
Zaman Pendudukan Jepang
Pada tahun 1932, nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Perubahan nama ini mengejutkan
pemerintah Belanda, karena kata "Indonesia" yang mencerminkan
semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.
Sebaliknya kata "Indonesia"
ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang
segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI)
tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Kongres Guru Indonesia Pertama
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945
menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November
1945 di Surakarta.
Melalui kongres ini segala organisasi
dan kelompok guru yang
didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah,
politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan dengan mereka yang merupakan guru-guru
yang aktif mengajar, pensiunan guru yang
aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.
Lahirnya PGRI
Di dalam kongres inilah, pada
tanggal 25 November1945 - seratus hari
setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia - Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik
"merdeka" bertalu-talu, di tengah bau mesiu pengeboman oleh tentara
Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan tiga tujuan:
1. Mempertahankan dan menyempurnakan
Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan
pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh
umumnya, guru pada
khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu,
semua guru Indonesia
menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI).
Demikian ulasan sejarah hari guru nasional yang
diperingati setiap 25 November. Selamat Hari Guru Nasional 2023 (*)
Artikel
ini telah tayang di TribunKaltim.co dengan
judul Sejarah Hari Guru Nasional yang Diperingati Setiap 25 November, Penulis: Amilia Lusintha | Editor: Amilia Lusintha