Ilustrasi |
Dilansir dari online KoranNTB. com, "dijelaskan Prakiraan BMKG BIL, Praya, Herin Hutri Istyarini, penyebab cuaca dingin di malam hari karena memasuki musim kemarau, langit menjadi cerah dan tidak adanya tutupan awan. Sehingga, radiasi sinar matahari yang diterima oleh bumi pada siang hari akan diteruskan kembali ke luar angkasa pada malam harinya.
“Karena tidak adanya tutupan awan, maka radiasi matahari akan diteruskan secara besar-besaran ke luar angkasa yang berakibat suhu menjadi dingin,” ujarnya, Sabtu, 22 Juni 2019.
Herin mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi perbedaan suhu di siang dan malam hari, serta mewaspadai potensi gelombang tinggi di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Laut Sumbawa, Perairan Selatan Sumbawa, Samudera Hindia, Selatan NTB, dan Selat Sape.
Dia menjelaskan, secara umum pada musim kemarau maupun puncak musim kemarau, pola pergerakan massa udara dan angin berasal dan datang dari sebelah Tenggara (Australia).
“Secara klimatologis dan normalnya pola tekanan udara di wilayah Australia lebih tinggi dibandingkan di wilayah Asia pada saat musim kemarau, kondisi saat ini di wilayah Australia berkisar 1.012 mb sedangkan di wilayah Asia berkisar 1.006 mb,” ungkapnya.
Selisih tekanan udara yang cukup besar itulah yang meningkatkan dan menguatkan tarikan massa udara dan kecepatan angin di sekitar Indonesia, terutama di sebelah selatan khatulistiwa Indonesia khususnya Nusa Tenggara.
Reporter : Joni Irawan