Liputan NTB - Panggung Hiburan Fesival Pesona Moyo di Taman Kerato Sumbawa Besar dipadati penonton yang melihat penampilan dan atraksi yang telah diatur oleh Panitia Penyelenggaran Pameran dan pada hari sabtu malam minggu Madrasah Aliyah Negeri 1 juga mendapat giliran untuk menampilkan kebolehannya dalam atraktsi Sakeco dan Tari Kipas, Ansambel ( musik etnik Sumbawa yang dimainkan dengan tembang Sumbawa , sarune,gong genang dan gitar coustik), 16 September 2017.
Penonton terkesima melihat penampilan Sakeco yang ditampilkan siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Sumbawa, tidak seperti biasanya bahwa Sakeco biasanya yang memainkan seorang pria , namun MAN 1 Sumbawa menampilkan dua putri dengan penampilan sangat memukau penoton. Sakeco merupakan kesenian yang banyak di gemari oleh orang sumbawa, alatnya berupa dua buah rabana dan di mainkan oleh dua orang seniman penabuh denga membawa syair berbahasa sumbawa yang di namakan lawas.
Alat yang di gunakan itu terbuat dari kayu kamboja (kayu jepun) yang salah satu bagiannya di tutup dengan kulit kambing yang telah di keringkan dan di ikat dengan rotan dan kawat. Pada dasarnya sakeco ini berasal dari ratib, ratib ini berasal dari bahasa Arab yang artinya hiburan yang pada umumnya di mainkan oleh 4 orang tetapi sekarang hanya di mainkan oleh 2 orang saja dengan menggunkaan alat musiknya yang di sebut dengan rabana,serta di mainkan sambil membawakan lagu-lagu berbahasa arab yang di ambil dari kitab HADRAH dan mengendung puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ratib awalnya masuk ke sumbawa ini di bawa oleh orang islam yang berasal dari hindia yaitu bujarab dekat negeri arab yaitu mekkah, ratib ini mulai masuk pada zaman pemerintahan kerajaan hindu yaitu kerajaan Majapahit di mana para seniman sumbawa selalu bertolak dari tradisi lama dalam membabarkan karyanya untuk di olah dan di padukan dengan unsure seni yang datangnya belakangan.
Dengan menetapnya oranbg islam yang membvawa ratib tersebut membuat ratib berkembang menjadi sakeco dengan cara di padukan dengan syair-syair yang berbahasa sumbawa yang biasa di sebut lawas.
Pada umumnya sakeco ini di bawakan pada acara pengantin, khitanan, dan upacara-upacara adat dan dahulu orang menjadikn sakeco ini sebagai mata pencaharian,tetapi sekarang hanya di gunakan sebagai hiburan saja. secara relistis perkembangan sakeco saat ini memang sangat menurun dan budaya seperti sakeco ini memang terancam punah karena adanya musik-musik modern,melihat kondisi masyarakat saat ini yang sangat mempopulerkan budaya-budaya luar di bandingkan dengan budaya mereka sendiri membuat semangat untuk melakukan suatu usaha guna mengembangkan budaya tana samawa ini khususnya bidang yang di geluti kurang lebih 40 tahun ini.
Perlunya melakukan usaha seperti memodifikasi lagu-lagu yang di ciptakan sesuai dengan perkembangan zaman,membuat isi atau cerita dalam syair itu berbeda-beda agar pendengar tidak bosan,serta akan mengadakan pentas seni yang bertema budaya-budaya sumbawa.Sakeco ini berbeda dengan lagu-lagu yang di bawakan oleh band-band atau bisa di sebut dengan musik modern, setiap baris sakeco memuat satu pokok bahasan,sedangkan lagu dari bait pertama sampai bait terakhir hanya memuat satu pokok bahasan, jadi jika terdapat ssepuluh baris dalam sakeco maka memuat sepuluh pokok bahasan.
Seharusnya kita sebagai orang darerah sumbawa dan lebih jelasnya sebagai generasi muda lebih mengembangkan lagi budaya-budaya tana samawa ini, karena apabila tidak di lestarikan maka budaya tana samawa ini akan teracam punah,bukan semakin membanggakan atau mendewa-dewakan budaya-budaya luar.
Padahal sebenarnya budaya kita sperti sakeco ini sangatlah berpotensi dan memiliki nilali yang tinggi. sakeco ini harus di kembangkan karena selain kesenian sakeco juga dapat di jadikan nasehat-nasehat degan lagu-lagunyadan juga merukan suatu sindiran halus untuk menuntun ke jalan yang lebih baik. Sakeco ini biasanya berisi tentang nasehat,kisah percintaan, cerita rakyat, dan lain sebagainya.___(joko).