Ilustrasi, Sumber : PDR Öğrenci Dayanışması - WordPress.com |
Nah, ada dua persaingan pegawai yang biasanya membuat stress. Yang pertama adalah persaingan antar pegawai untuk menduduki posisi dan jabatan yang lebih tinggi. Persaingan ini terkadang menimbulkan intrik.
Dalam pembicaraan ini, asumsinya adalah mengesampingkan penggunaan uang untuk menduduki jabatan. Nah, untuk mendapatkan jabatan lebih tinggi, ada yang menggunakan kedekatan dengan pejabat yang memiliki kewenangan memutus jabatan. Pejabat itu kalau datang, dijamu dan dilayani dengan segala macam kesenangan. Diberikan oleh-oleh (buah tangan) agar namanya diingat pejabat itu. Tidak lupa pula setiap saat aktif menghubungi melalui telepon, sekedar “say hello” untuk sekedar mengingatkan eksistensinya. Ada harapan besar, pejabat itu bisa memberikan tanda tangan-nya untuk posisi yang lebih tinggi. Kalau perlu, minta jabatan yang diinginkan.
Ada pula yang menggunakan cara menunjukkan dengan prestasi. Setiap ada perlombaan selalu diikuti. Harapannya adalah dengan berprestasi, namanya akan terlihat sebagai orang yang layak menduduki posisi lebih tinggi.
Kebanyakan orang tidak bisa memiliki keduanya : menjalin kedekatan dan sekaligus berprestasi. Jika bisa melakukan keduanya, bisa dipastikan karirnya akan melejit tinggi. Dari kedua cara itu, untuk institusi yang belum memiliki standar dan ketentuan baku dalam menentukan kenaikan jabatan, maka cara pertama lebih banyak suksesnya.
Nah, apakah dengan cara itu kenaikan jabatan seperti yang diinginkan pasti didapatkan sesuai yang diinginkan? Tidak juga. Terkadang, orang sudah berusaha melakukan segalanya untuk menduduki jabatan tertentu, namun ternyata tetap gagal. Inilah yang menyebabkan stress pertama.
Stress kedua disebabkan oleh persaingan dengan kompetitor perusahaan lain, dalam rangka mencapai target-target yang dibebankan perusahaan atau institusi. Persaingan saat ini sangat ketat dan terkadang “berdarah-darah”. Apalagi kalau secara komparatif, prestasi perusahaan tempat kita bekerja masih kalah bersaing dibandingkan dengan perusahaan lain. Dibutuhkan cara, strategi dan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki untuk memenangkan persaingan.
Stress itu semakin berat ketika pada saat akan dilakukan evaluasi, banyak target yang belum tercapai. Sedangkan pada kondisi lain, atasan kita tidak mau tahu dengan kondisi di lapangan. Pokoknya target harus tercapai. Setiap hari ditelpon, ditanyakan mengapa tidak tumbuh, mengapa tidak ada closing dsb. Ada beberapa cerita tragis, stroke bahkan sampai gila, karena terlalu terbawa perasaan dalam mencapai target.
Nah, bagaimana caranya agar tidak stress menghadapi permasalahan di atas? Pertama, jangan baper. Permasalahan di kantor jangan dibawa pulang. Kedua, carilah hiburan untuk sekedar menghilangkan beban. Ada banyak hiburan di luar sana, tetapi carilah hiburan di dalam rumah sendiri. Tersenyumlah bersama pasangan dan anak-anak. Karena dengan senyuman, secara psikologis, itu akan mengurangi beban pikiran.
Bisa saja Anda pergi ke tempat hiburan, untuk menghibur diri. Tetapi percayalah bahwa di tempat hiburan, semuanya dinilai dengan uang. Anda bisa saja gembira dan terbahak-bahak, tetapi mereka menghibur bukan dengan ketulusan. Bukan kebahagiaan hakiki yang akan Anda dapatkan. Setelah Anda terhibur, begitu keluar dari tempat hiburan maka permasalahan sesungguhnya belumlah hilang.
Jika ingin benar-benar terhibur dengan tulus, bercengkeramalah dengan keluarga. Pada senyuman suami, istri dan anak Andalah kebahagiaan sebenarnya terhimpun.
Ada tips lain untuk mengurangi stress. Buatlah target menjadi 2 bagian. Target jangka pendek dan target jangka panjang.
Target jangka pendek adalah target-target yang dibebankan oleh kantor tempat bekerja. Pengaruh eksternal terhadap target ini biasanya lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh internal / pribadi. Syarat sukses pencapaian target, biasanya juga sangat banyak.
Sedangkan target jangka panjang adalah target pribadi yang berada dalam jangkauan mudah untuk dicapai dan dalam pengaruh sendiri yang lebih dominan. Syaratnya juga lebih sedikit.
Penulis Suhartono |
Contoh target jangka panjang, misalnya : pada saat pensiun nanti, ingin memiliki rumah di tempat kelahiran dengan halaman belakang ditanami segala macam buah-buahan. Biasanya setiap orang pasti punya warisan. Dengan warisan itulah target jangka panjang dibuat dan dirancang dengan sebaik-baiknya.
Nah, dimana hubungan dengan pengendalian stress? Pada saat target jangka pendek tidak tercapai, target jangka panjang itu bisa dipergunakan sebagai pelarian stress : meskipun target kantor tidak tercapai, ternyata masih ada target lain yang on the track masih bisa dicapai. oleh :